Senin, 04 Februari 2013

Menggapai Sayap Fairy

Ini cerpen pertama yang aku post. I hope you can enjoy it.

Fay,, kamu nggak ke sekolah?” tanya seorang wanita setengah baya dengan setengah berteriak dari lantai bawah sambil menaiki tangga ke lantai atas.
“Aku nggak mau ke sekolah, ma. Aku pindah sekolah aja yaah” jawab seorang anak berkulit cokelat ketika wanita setengah baya itu sampai ke kamarnya.
“Loh kenapa ?” sambil mengusap kepala Fay “denger kata mama yah, kalau kamu ada masalah itu harus diselesaikan, bukan dihindari. Kalau kamu terus menghindar dari masalah, mama yakin masalah itu akan datang terus. ngertikan ?” Jelas mama diikuti anggukan Fay. “ayo cepat bangun nanti telat kesekolahnya”
Fay berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan langkah berat dengan muka ditekuk. Tiba-tiba “ceileeh si item mukanya cemberut banget sih, awas loh nanti tambah jelek” kata seorang gadis cantik yang sangat menggores hati seorang Fairy.
“Sewot banget sih” Jawab Fay sinis.
“Gw heran aja yaa di sekolah elit kayak gini masih ada aja cewek dekil, bau, kampungan kayak lo” Kata gadis bernama Marsha sambil berjalan pergi. dengan hati yang sudah hancur berantakan Fay melanjutkan perjalanannya ke kelas. Hari-hari di sekolah, terasa seperti neraka bagi Fay. Ia tak suka dengan perlakuan teman-temannya yang sering mengejeknya Si Item, hanya karena kulitnya yang kecolatan. Di kelas Fay hampir tidak pernah terlihat dan terdengar, Ia seperti pajangan yang tak pernah di perhatikan dan dilihat oleh siapapun. Teman-teman Fay tidak pernah mau berteman dengan Fay, bahkan hanya untuk mengajak ngobrol. Apalagi status Fay yang merupakan murid pindahan dari daerah timur membuat Fay menjadi orang yang terkucilkan. Tapi Fay berusaha sabar dan kuat untuk menghadapi semua itu.
Dering bel istirahat berbunyi nyaring, diikuti sorakkan murid-murid dari dalam kelas. Seperti biasanya Fay berjalan sendirian. Tiba-tiba hati Fay tertarik untuk melangkah ke arah beberapa anak yang riuh di depan papan informasi.’Teenager Sing Contest’ tulisan yang terpampang di bagian paling atas kertas berwarna pink tersebut. Fay mendesah dalam hatinya apa ia bisa untuk mengikuti contest itu? kalau ia bisa mengikuti contes itu ia bisa menunjukkan kepeda teman-temannya siapa dia, dan teman-temannya pasti nggak akan lagi mengucilkan dia. Tapi ia tiba-tiba membuang pikirannya jauh-jauh. Dan berjalan pergi.
Keributan di dalam kelas membuat telinga dan kepala Fay rasanya mau pecah. Fay tak tahan dengan keributan itu “Eh! Kalian semua bisa diam nggak?” Teriak Fay. Ia lalu menutup mulutnya dengan tangannya. Ia benar-benar tidak menyadari apa yang barusan ia lakukan. Ia perlu beberapa saat untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Dan setelah Fay menyadari apa yang terjadi, Ia seperti orang yang akan dijatuhi hukuman mati. Suasana di dalam kelas yang tadinya bising menjadi sunyi dan dingin. Tatapan tajam dari siswa-siswa yang ada di dalam kelas benar-benar membuat nyali Fay ciut. Keringat dingin mulai membanjiri pelipis Fay, jantungnya berdetak dengan sangat kencang bahkan hampir melompat dari dadanya. Fay hanya bisa berdiri mematung dengan wajah yang pucat.
Siswa A: “Eh! Siapa lo teriak-teriak”
Siswa B: “Lo pikir ini pasar apa ? main teriak-teriak aja! Dasar ANAK KAMPUNG LO!”
Siswa C: “Ternyata anak kampung, dekil, bau ini udah punya nyali”
Siswa D: “Ada masalah apa lo triak-triak nggak jelas?”
Fay : “a..ku.. cuman.. nyu..ruh.. ka..lian di..am aja kok”
Siswa A: “nyuruh? siapa lo nyuruh-nyuruh kita?”
Siswa E: “eh! lo sadar nggak sih ?! lo tuh bukan siapa-siapa disini! jadi nggak usah sok-sok-an       nyuruh kita diam! nggak pantas lo ! Pulang aja sana ke KAMPUNG !!”
Siswa C:  “Anak kampung aja Sok banget lo! gak pantas lo tinggal di kota !”
Ibu Guru: “Ada apa ini? “ suara ibu guru yang tiba-tiba terdengar membuat semua siswa di dalam kelas kembali ke tempat duduknya masing-masing.  “Liat aja lo entar” Kata seorang siswa sebelum kembali ke tempat duduknya. Kata-kata itu sedikit mengiris hati Fay itu pertanda akan ada ancaman besar berikutnya.
Sepulang sekolah Fay berjalan sendirian menuju gerbang sekolah, tiba-tiba saja ada yang menarik Fay menuju halaman belakang sekolah. Sesampainya si halaman belakng sekolah ternyata sudah ada beberapa anak disitu. Mereka meyandarkan tubuh Fay ke tembok dengan kasar sehingga punggung Fay terasa sakit. Auch!
Siswa A: “Ini dia nih anak kampret yang udah berani sama kita”
Fay: “Aku salah apa lagi sih?”
Siswa B: “Salah lo tuh banyak tau nggak!!”
Siswa C: “Lo tuh nggak pantas sekolah disini! sekolah aja sana di kampung”
Siswa D: “Gara-gara lo tuh ya kita tadi dimarahi sama ibu guru” sambil mendorong kepala Fay
Siswa C: “Bagusnya nih anak kita apain ya?”
Siswa E: “Kita ceburin aja di kolam”
Fay: “Kalian kok jahat banget sih”
Siswa B: “Lo tuh yang jahat” sambil menyeret Fay diikuti oleh teman-temannya
Fay pun dibawa ke taman sekolah oleh teman-temannya dengan kasar. Kejadian itu begitu cepat sehingga Fay sulit mengartikan apa yang terjadi. Ia tersadar dan mampu berpikir kembali saat ia telah berada di kolam sekolah dengan pakaian yang sudah basah kuyup. Kali ini Fay benar-benar sudah tidak tahan lagi, semua ini membuatnya kesal dan marah. Mereka benar-benar keterlaluan. Fay sudah tidak sanggup lagi diperlakukan seperti ini oleh teman-temannya. Ia akan mencoba membela dirinya. Ia tidak akan takut lagi. Kesabarannya benar-benar sudah habis. Ia mengumpulkan seluruh tenaganya dan menarik napas dalam-dalam. Ia pun memutuskan untuk melawan teman-temannya yang sedang menertwakan dirinya.
“KALIAN JAHAT BANGET SIH!! TEGA BANGET KALIAN!! AKU SALAH APA SAMA KALIAN?! SAMPAI KALIAN MEMPERLAKUKAN AKU SEPERTI INI !! AKU JUGA PUNYA HAK BUAT SEKOLAH DISINI!! Kata-kata itu membuat teman-temannya terdiam dan tak disadari Fay air mata sudah mengalir di pipinya dadanya begitu sesak “AKU AKAN BUKTIIN KE KALIAN KALAU AKU NGGAK PANTAS DIPERLAKUKAN SEPERTI INI!!” 
“Apa yang  lo bisa buktiin ke kita?”
“Aku akan ikut Teenager Sing Contest, kalau aku bisa menang, kalian nggak boleh ngebully aku lagi. Aku akan pindah dari sekolah ini”
“Oke! Kita tunggu pembukitian lo! Kalau lo nggak bisa buktiin kata-kata lo itu, Abis lo” Jawab seorang anak yang mewakili teman-temannya yang lain.
 Fay naik ke atas panggung, tepuk tangan yang riuh membuat Fay sedikit gugup. Ini pertama kalinya Fay dilihat oleh banyak pasang mata. Di antara pasang mata itu ada ibunya dan teman-teman sekolah Fay yang selama ini mengucilkannya. Suara denting piano mulai mengalun tembang Listen dari Beyonce yang dibawakan oleh Fay membuat tidak ada sepasang matapun yang berkedip melihat Fay, semua orang terpesona oleh suara merdu Fay. Tepuk tangan dari penonton tiada hentinya setelah Fay selesai bernyanyi dan menunduk memberi hormat.
“Selamat ya Fay,, kamu bisa jadi pemenang” Kata seorang teman Fay yang pernah membully Fay begitu acara selesai. “Kita minta maaf ya Fay, selama ini kita udah salah sama kamu, ternyata suara kamu bagus banget dan kamu udah bisa ngebuktiin ke kita kalau kamu nggak pantas dibully”
Ucapan selamatpun datang dari berbagai pihak. Teman-teman Fay juga berjanji untuk stop bullying. Karena setiap orang mempunyai hak yang sama walaupun berbeda ras, agama, maupun suku tetapi kita tetap satu negara dan satu bangsa. Kita juga tidak bisa menilai seseorang dari warna kulitnya karena belum tentu kita lebih baik dari orang yang kita remehkan. So, accept who you are and don’t judge someone from their outside.

0 komentar:

Posting Komentar